2017 Indonesia Индонезия New citations to articles in Sergei Ostroumov's profile

2017 Scholar Alert: New citations to articles in Sergei Ostroumov's profile;
Indonesia, Индонезия, HASANUDDIN UNIVERSITY,

This article was cited:
Ostroumov, S.A., 2003. Studying effects of some surfactants and detergents on 
filter-feeding bivalves. Hydrobiologia 500, 341–344. Full text:  https://www.researchgate.net/publication/226127394;

http://5bio5.blogspot.com/2017/06/2017-indonesia-new-citations-to.html ;



[PDF] Kemampuan Biofilter Sponge Class Demospongiae dengan Berbagai Bentuk Pertumbuhan Terhadap Kekeruhan dan Total Suspended Solid.

M Soeid - 2017;
Ability of Sponge Class Demospongiae Biofilter with Different Forms of Growth on Turbidity and Total Suspended Solid.

MARINI SOEID. Kemampuan Biofilter Sponge Class Demospongiae dengan Berbagai
Bentuk Pertumbuhan Terhadap Kekeruhan dan Total Suspended Solid. Dibimbing oleh
ABDUL HARIS dan SYAFIUDDIN Sponge merupakan hewan invertebrata dari filum porifera 

**

DEPARTMENT OF MARINE SCIENCE
FACULTY OF MARINE SCIENCE AND FISHERY
HASANUDDIN UNIVERSITY
MAKASSAR
**

SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 1-----------------------1 
KEMAMPUAN BIOFILTER SPONGE CLASS DEMOSPONGIAE 
DENGAN BERBAGAI BENTUK PERTUMBUHAN TERHADAP 
KEKERUHAN DAN TOTAL SUSPENDED SOLID 
SKRIPSI 
OLEH : 
MARINI SOEID 
Страница 1
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN 
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN 
UNIVERSITAS HASANUDDIN 
MAKASSAR 
2017 
----------------------- Page 2-----------------------2 
ABSTRAK 
MARINI SOEID. Kemampuan Biofilter Sponge Class Demospongiae dengan 
Страница 2
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Berbagai Bentuk Pertumbuhan Terhadap Kekeruhan dan Total Suspended Solid. 
Dibimbing oleh ABDUL HARIS dan SYAFIUDDIN 
Sponge merupakan hewan invertebrata dari filum porifera yang hidup menetap 
dan menyaring apa yang ada dikolom perairan. Sponge memiliki berbagai 
macam bentuk pertumbuhan diantaranya massive, branching dan submassive. 
Pada setiap bentuk pertumbuhan diindikasikan memiliki kemampuan menyaring 
yang berbeda-beda, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. 
Penelitian ini 
bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan menyaring (biofilter) kekeruhan 
dan Total Suspended Solid sponge tergantung pada bentuk 
pertumbuhan 
(Massive, Submassive dan Bercabang). Penelitian ini dilaksanakan pada 
bulan 
September %u2013 Oktober 2016. Pengambilan sponge di Perairan Pulau 
Barranglompo, pengujian dilakukan di Hatchery Marine Station 
Universitas 
Hasanuddin, Pulau Barranglompo dan pengukuran parameter kualitas 
air 
dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu 
Kelautan, 
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas 
Hasanuddin. Proses 
aklimatisasi perlu dilakukan untuk mengadaptasikan sponge sebelum 
diberikan 
perlakuan. Setiap akuarium diisi dengan air laut yang telah dicampur 
dengan 
sedimen sebanyak 0,17 mg/l. Setiap bentuk pertumbuhan sponge dimasukkan 
Страница 3
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
kedalam akuarium dengan volume tubuh yang sama yaitu 500 cm3 dan melihat 
kemampuan menyaringnya selama 10 jam dan 24 jam. Sampel air setelah 
itu 
diambil pada masing-masing akuarium untuk diukur parameter kekeruhan, Total 
Suspended Solid dan Bahan Organik Total. Hasil penelitian menunjukkan pada 
waktu 10 jam dan 24 jam sponge dengan bentuk pertumbuhan submassive 
menyaring lebih banyak partikel yang ada dikolom air dibandingkan 
bentuk 
pertumbuhan massive dan branching, sedangkan sponge dengan bentuk 
pertumbuhan branching mengalami stres dan kematian setelah 
menyaring 
selama 24 jam. 
Kata Kunci : Bentuk Pertumbuhan, Biofilter, Sedimen, Sponge 
----------------------- Page 3-----------------------i 
KEMAMPUAN BIOFILTER SPONGE CLASS DEMOSPONGIAE 
DENGAN BERBAGAI BENTUK PERTUMBUHAN TERHADAP 
KEKERUHAN DAN TOTAL SUSPENDED SOLID 
Страница 4
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Oleh : 
MARINI SOEID 
SKRIPSI 
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana 
pada 
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan 
Страница 5
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN 
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN 
UNIVERSITAS HASANUDDIN 
2017 
----------------------- Page 4-----------------------ii 
----------------------- Page 5-----------------------iii 
RIWAYAT HIDUP 
Marini Soeid dilahirkan pada tanggal 06 
Desember 
1994 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Anak
kedua 
Страница 6
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dari empat bersaudara, Putri pasangan 
Bapak Ir. 
Syahrir Soeid. dan Ibunda R.A. Seni 
Wiristrisandini. 
Pada tahun 2000 penulis memulai pendidikan 
formal di 
Sekolah Dasar Kartika XX-I (2000-2006), 
setelah itu 
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Kartika 
XX-I 
Makassar (2006-2009), kemudian Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas 
di SMA Kartika XX-1 Makassar pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2012. 
Penulis diterima sebagai Mahasiswa di Universitas Hasanuddin, Fakultas 
Ilmu 
Kelautan dan Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan pada tahun 2012 melalui Jalur 
Undangan SBMPTN. 
Selama menjadi Mahasiswa, penulis pernah menjadi assisten pada praktikum
Ikhtiologi Laut, Oseanografi Kimia, dan Pencemaran 
Страница 7
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Laut. dibidang 
Keorganisasian, penulis pernah menjadi Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu 
Kelautan Fakultas llmu Kelautan dan Perikanan periode 2012-2014. 
Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Praktek Kerja 
Lapang di 
Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan 
(Kementerian 
Pusat), Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut & 
Pesisir 
BALITBANG KP dan Stasiun Meteorologi Maritim Paotere Makassar, serta 
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gelombang 92 Tematik Gorontalo, 
di 
Desa Sigaso, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, 
Provinsi 
Gorontalo Dan melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Biofilter Sponge 
Class Demospongiae dengan Berbagai Bentuk 
Pertumbuhan Terhadap 
Kekeruhan dan Total Suspended Solid “ pada tahun 2016. 
Страница 8
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 6-----------------------iv 
UCAPAN TERIMA KASIH 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 
Alhamdulillahirabbil Alamin . Puji dan syukur penulis panjatkan ke 
hadirat 
Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan rahmat serta 
hidayah-Nya, 
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul 
“Kemampuan 
Biofilter Sponge Class Demospongiae dengan Berbagai Bentuk Pertumbuhan 
Terhadap Kekeruhan dan Total Suspended Solid” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana dari departemen Ilmu Kelautan. 
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai 
kesulitan, dan 
Страница 9
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
hambatan mulai dari pengumpulan literatur, pengerjaan di lapangan, pengerjaan 
sampel sampai pada pengolahan data maupun proses penulisan. Namun dengan 
penuh semangat dan kerja keras serta ketekunan sebagai
mahasiswa, 
Alhamdulillah akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Hal tersebut tidak 
terlepas 
dari berbagai pihak yang telah membantu, memberi kritik dan saran yang sangat 
bermanfaat dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. 
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima 
kasih 
yang sebanyak-banyaknya kepada : 
1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ir. Syahrir Soeid dan Ibunda R.A. Seni
Wiristrisandini yang selama ini telah mencurahkan waktu dan 
tenaganya 
untuk memberikan semangat, motivasi serta dukungan, baik itu materi dan 
non-materi ketika penulis menempuh pendidikan. 
Страница 10
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
2. Kakak dan adik-adik saya Syarafina Ramlah, Almh. Nisrina Soeid 
dan 
Muhammad Rizal Soeid yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 
3. Bapak Prof.Dr.Ir.Abdul Haris, M.Si selaku Penasehat Akademik 
dan 
Pembimbing Utama yang telah memberi saran, membantu serta senantiasa 
mengarahkan dan memberikan masukan dalam menyelesaikan tulisan ini 
----------------------- Page 7-----------------------v 
dengan sangat sabar. Serta Bapak Dr.Ir.Syafiuddin, 
M.Si selaku 
pembimbing anggota yang juga senantiasa mengarahkan dan memberikan 
masukan dalam menyelesaikan tulisan ini. 
4. Bapak Prof.Dr.ir. Chair Rani, M.Si, Ibu Dr. Inayah Yasir, M.Sc 
dan ibu 
Dr.Ir. Arniati Massinai, M.Si selaku penguji yang telah memberikan
kritik 
Страница 11
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dan saran yang sangat membangun dalam penulisan skripsi ini. 
5. Saudara – saudara seperjuanganku Fismatman 
Ruli, Andi Adi 
Zulkarnaen, Andiyari, Minawati, Nurjyrana, Muhammad Sadik, Sufardin, 
Nasdwiana, Andi Sompa, Nurul Fitri Hayati, Jumiati, Asriel, 
Iriansyah, 
Andi Rian Dika, Muh. Syukri, Abdul Waris, Febry Ramadhani Bakri, 
Rover Manaba atas semua bantuan, dukungan dan doanya. Serta teman- 
teman “IK ANDALAS” yang lain 
6. Sahabat-sahabat tercinta Ayu Nirwana L., Sri Anriani, Nur 
fadillah, 
Khaerunissa, Nurul Fajratullah, yang selalu memberikan semangat dan
motivasi agar segera menyelesaikan tugas akhir ini. 
7. Teman – Teman KKN Rina Afriliyanti, Zikrini Alwi, Hadi Tryadi, 
Akbar 
Страница 12
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Maulana, Asnawir, Riyan Abdillah T dan kru sigaso lainnya atas bantuan,
dukungan dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 
Penulis juga mengucapkan permohonan maaf atas segala kesalahan dan
kekhilafan yang pernah penulis lakukan. Penulis berharap bahwa apa yang
disajikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi 
pengembangan ilmu 
pengetahuan. Dan semoga segalanya dapat berberkah serta bernilai Ibadah di 
sisi-Nya. Aamiin Yarobbal Alamiin. 
----------------------- Page 8-----------------------vi 
DAFTAR ISI 
Halaman 
Страница 13
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
HALAMAN JUDUL 
................................................................................
............... i 
HALAMAN PENGESAHAN.................................. Error! Bookmark not 
defined. 
RIWAYAT HIDUP 
................................................................................
................ iii 
UCAPAN TERIMA KASIH 
................................................................................
.. iv 
DAFTAR ISI 
................................................................................
....................... vi 
DAFTAR TABEL 
................................................................................
............... viii 
DAFTAR GAMBAR 
................................................................................
............ ix 
DAFTAR LAMPIRAN 
................................................................................
.......... x 
I. PENDAHULUAN 
................................................................................
.......... 1 
Страница 14
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
A. Latar Belakang 
................................................................................
..... 1 
B. Tujuan dan Kegunaan 
......................................................................... 3 
C. Ruang Lingkup 
................................................................................
.... 3 
II. TINJAUAN PUSTAKA 
................................................................................
. 4 
A. Deskripsi dan Klasifikasi Sponge Class Demospongiae 
.................. 4 
B. Morfologi dan Anatomi 
........................................................................ 7 
C. Pertumbuhan 
................................................................................
..... 10 
D. Makanan, Cara Makan, dan Proses Pencernaan 
............................. 11 
E. Pengaruh Sedimen Terhadap Sponge 
............................................. 13 
III. METODE PENELITIAN 
.............................................................................. 
16 
A. Waktu dan Tempat 
............................................................................. 16
B. Alat dan Bahan 
................................................................................
.. 16 
Страница 15
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
C. Prosedur Penelitian 
........................................................................... 17 
D. Analisis Data 
................................................................................
...... 21 
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 
...................................................................... 22 
A. Kemampuan Menyaring Sponge 
...................................................... 22 
B. Kualitas Air 
................................................................................
........ 28 
C. Bahan Organik Total (BOT) 
............................................................... 29 
V. KESIMPULAN DAN SARAN 
...................................................................... 32 
A. Kesimpulan 
................................................................................
........ 32 
B. Saran 
................................................................................
.................. 32 
----------------------- Page 9-----------------------vii 
DAFTAR PUSTAKA 
................................................................................
Страница 16
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
.......... 33 
LAMPIRAN 
----------------------- Page 10-----------------------viii 
DAFTAR TABEL 
Nomor 
Halaman 
1. Parameter Kualitas Air 
................................................................................
......... 28 
----------------------- Page 11-----------------------ix 
DAFTAR GAMBAR 
Nomor 
Halaman 
Страница 17
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
1. Morfologi Sponge Forcepia sp. (sumber: NAFO Area) 
................................ 5 
2. Morfologi Sponge Clathria sp. (http://www.spongeguide.org/) 
..................... 6 
3. Morfologi Sponge Stylotella sp. (Jackson, 2010) 
......................................... 7 
4. Bagian Organ Sponge (Vacelet, 2008). 
....................................................... 9 
5. Tipe Morfologi Sponge (Haris, dkk., 2012) 
.................................................. 9 
6. Tata Letak Wadah Penelitian 
.................................................................... 18 
7. Perubahan Jumlah Konsentrasi Kekeruhan Setelah Sponge Menyaring 
Selama 10 Jam dan 24 Jam (Huruf Yang Berbeda Di atas 
Grafik 
Merupakan Perbedaan Yang Nyata Pada α 5% Bentuk Pertumbuhan 
Sponge) 
................................................................................
.................... 23 
8. Perubahan Jumlah Konsentrasi Larutan Tersuspensi Setelah 
Sponge 
Страница 18
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Menyaring Selama 10 Jam dan 24 Jam (Huruf Yang Berbeda Di atas Grafik 
Merupakan Perbedaan Yang Nyata Pada α 5% Bentuk Pertumbuhan 
Sponge) 
................................................................................
.................... 23 
9. Ukuran Diameter, Luas dan Jumlah Oscula Pada Berbagai 
Bentuk 
Pertumbuhan Sponge 
............................................................................... 
27 
10. Perubahan Jumlah Konsentrasi BOT Setelah Sponge Menyaring Selama 
10 Jam dan 24 Jam (Huruf Yang Berbeda Di atas Grafik 
Merupakan 
Perbedaan Yang Nyata Pada α 5% Bentuk Pertumbuhan Sponge) .......... 29 
----------------------- Page 12-----------------------Страница 19
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
DAFTAR LAMPIRAN 
Nomor 
Halaman 
1. Data Hasil Pengukuran Sampel Air 10 Jam dan Sampel Air 24 Jam ......... 
39 
2. Hasil Uji Analisis (One Way Anova) Perbedaan Kemampuan Biofilter
Bentuk Pertumbuhan Sponge setelah 10 jam 
........................................... 40 
3. Hasil Uji Analisis (One Way Anova) Perbedaan Menyaring 
Bentuk 
Pertumbuhan Sponge Setelah 24 Jam 
..................................................... 42 
4. Proses Preparasi Sedimen 
........................................................................ 45 
5. Proses Persiapan Akuarium 
...................................................................... 45 
6. Proses Pengambilan Sponge 
.................................................................... 46 
Страница 20
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
7. Proses Aklimatisasi Sponge 
...................................................................... 46 
8. Pemberian Perlakuan Bentuk Pertumbuhan Sponge 
................................. 47 
9. Pengukuran Sampel Air 
............................................................................ 49 
10. Data Hasil Pengukuran Diameter dan Jumlah Osculum Sponge ............. 
50 
----------------------- Page 13-----------------------1 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Sponge merupakan organisme laut invertebrata yang berasal dari 
filum 
porifera. Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup 
menetap 
Страница 21
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
(sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa 
yang ada). 
Sponge tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, otot maupun 
jaringan saraf serta organ dalam ( Subagio dan Aunurohim, 2013).
Class 
demospongiae adalah kelompok sponge yang paling dominan di antara porifera 
masa kini, tersebar luas di alam dan jenis maupun jumlah hewannya 
sangat 
banyak. Ada sekitar 6.000 jenis Demospongiae yaitu 85% dari semua 
porifera 
yang masih ada. Sebagian besar demospongiae adalah jenis laut 
namun 
beberapa famili tinggal di air tawar di semua benua kecuali Antartika 
(Haris, 
2013). 
Sponge dari Class Demospongiae bersifat sessile atau 
menetap dan 
merupakan organisme bentik. Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu 
Страница 22
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini adalah filter feeder, 
hidup dari 
bakteri dan organisme kecil lainnya. Air mengantar partikel-partikel 
makanan 
masuk melalui pori-pori luar koanosit menangkap sebagian besar makanan yang 
masuk namun pinocytes dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan 
(Hickman, 1990). 
Sponge memiliki sistem saluran air (aquaferous). Melalui ostium inilah 
air 
dan makanan berupa bahan-bahan tersususpensi dan terlarut dihisap dan 
disaring oleh sel-sel choanocytes yang memiliki bulu getar (sel-sel 
collar), 
kemudian air tersebut keluar melalui oskulum (Amir dan Budiyanto, 1996). Selain
untuk mencari makanan, sistem saluran airnya juga berfungsi untuk respirasi dan 
reproduksi (Simpson, 1984). 
----------------------- Page 14-----------------------Страница 23
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Sponge merupakan komponen penting pada ekosistem bentik diseluruh 
dunia dan sebagai pemakan suspensi yang dipengaruhi oleh perubahan pada
tingkat sedimen. Meskipun demikian, sedikit yang diketahui mengenai cara
sponge menanggapi perubahan dalam pengendapan dan sedimen tersuspensi. 
Sponge dipengaruhi oleh sedimen dalam berbagai cara, kebanyakan studi 
mengatakan bahwa sponge mampu mentolerir pada lingkungan tersedimentasi 
(Bell et al., 2015). 
Sponge adalah pemberi suspensi dan memperoleh mayoritas makanan 
dan nutrisi dari penyaringan kolom airnya, meskipun banyak spesies tropis juga 
mengandalkan fotosintesis simbion. Spons didominasi memakan partikel kurang 
dari 5 µm, terutama cyanobacteria dan heterotrofik bakteri (Pile et 
al., 1996), 
Страница 24
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
yang ukurannya sama dengan partikel sedimen kecil (Bakus, 1968;. Bannister et 
al, 2012). Telah terbukti bahwa beberapa yang hidup di dasar lunak 
spesies 
sponge sangat tahan terhadap sedimentasi (Ilan dan Abelson, 1995), dan dalam 
beberapa kasus sedimentasi sebenarnya telah terbukti berkorelasi 
dengan 
peningkatan keanekaragaman sponge (Bell dan Barnes, 2000). 
Sponge memiliki manfaat lain, yakni digunakan sebagai indikator 
biologi 
untuk pemantauan pencemaran laut, indikator dalam interaksi komunitas 
dan 
sebagai hewan bernilai ekonomis untuk hiasan akuarium laut (Suparno, 2005). 
Sponge memiliki ukuran, bentuk dan warna yang sangat beragam 
antara 
spesiesnya. Beberapa sponge ada yang berukuran kecil sekecil butiran 
beras 
sampai berukuran besar dengan ukuran panjang lebih dari 1,2 meter. 
Dalam 
Страница 25
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
pertumbuhannya, bentuk luar sponge sangat bervariasi. Bentuk luar ini 
dapat 
berupa tabung, pengebor, merambat, massive, jari, bola, semi bola, bercabang- 
cabang, tugu dan sebagainya (Fitrianto, 2009). 
Bentuk pertumbuhan Class Demospongiae diduga bisa mempengaruhi 
kemampuan menyaringnya. Maka dari itu dilakukanlah penelitian ini 
guna 
----------------------- Page 15-----------------------3 
mengetahui hubungan antara (kemampuan biofilter
berbagai bentuk 
pertumbuhan sponge Class Demospongiae) terhadap kekeruhan dan Total 
Suspended Solid. 
B. Tujuan dan Kegunaan 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan menyaring 
Страница 26
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
(biofilter) kekeruhan dan Total Suspended Solid sponge tergantung pada bentuk 
pertumbuhan (Massive, Submassive dan Bercabang). 
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan 
informasi 
untuk diaplikasikan pada sistem budidaya laut, akuarium laut dan tempat-tempat 
pembenihan biota laut. 
C. Ruang Lingkup 
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi aklimatisasi sponge, 
pengukuran 
kekeruhan dan Total Suspended Solid. Untuk 
mengetahui homogenitas 
lingkungan hewan ini dilakukan pengukuran parameter lingkungan berupa suhu, 
salinitas dan bahan organik total (BOT). 
Страница 27
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 16-----------------------4 
II. TINJAUAN PUSTAKA 
A. Deskripsi dan Klasifikasi Sponge Class Demospongiae 
Sponge termasuk hewan metazoa multiseluler yang tergolong ke 
dalam 
Filum Porifera. Porifera berasal dari kata Pori = pori-pori, Fera/Faro = 
memiliki 
(Ahmad dan Suryati, 1996). Filum Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu : 
Calcarea, 
Demospongiae dan Hexactinellida (Haywood dan Wells, 1989; Sara, 1992; Amir 
dan Budiyanto, 1996; Rachmaniar, 1997; Romimohtarto dan Juwana, 1999). 
Sedangkan menurut Pechenik (1991) dalam Haris (2013), Filum Porifera terdiri 
dari empat class yaitu: Calcarea, Demospongiae, 
Hexactinellida dan 
Sclerospongia. 
Страница 28
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Hampir 75 % jenis sponge yang dijumpai di laut adalah kelas Demospongia. 
Sponge dari kelas ini tidak memiliki spikula “triaxon” 
(spikula kelas 
Hexactinellida), tetapi spikulanya berbentuk “monoaxon”, 
”teraxon” yang 
mengandung silikat. Beberapa jenis sponge kelas ini 
ada yang tidak 
mengandung spikula tetapi hanya mengandung serat-serat kolagen atau spongin 
saja, contohnya Cliona sp dan Spongia sp. (Kozloff, 1990). 
Anggota dari Demospongiae berbentuk asimestris. Demospongiae tumbuh 
pada berbagai ukuran dari beberapa milimeter sampai lebih dari 2 meter. Mereka 
dapat membentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan seperti jari, atau 
bentuk 
guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering membuat anggota kelas 
ini 
berwarna cerah, seperti kuning terang, oranye, merah, ungu dan hijau. Tingkatan 
Страница 29
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
organisasi merupakan petunjuk yang dapat diandalkan untuk 
mengetahui 
hubungan filogenetik pada Kelas Demospongiae. Namun, diantara dari Filum
Porifera, sulit untuk membedakan hubungan evolusioner. Organisme tidak selalu 
berhubungan dengan filogeni misalnya pada struktur leukonoid telah berevolusi 
secara independen beberapa kali (Hickman, 1990). 
----------------------- Page 17-----------------------5 
Demospongiae bersifat sessile atau menetap dan merupakan organisme 
bentik. Namun, larvanya memiliki flagela dan mampu berenang bebas. 
Semua 
sponge dari kelas ini adalah filter feeder, hidup dari bakteri dan organisme 
kecil 
lainnya. Air mengantar partikel-partikel makanan masuk melalui pori-pori 
luar 
koanosit menangkap sebagian besar makanan yang masuk namun pinocytes 
Страница 30
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dan amoebocytes juga dapat mencerna makanan (Hickman, 1990). 
1. Forcepia sp. 
Sponge dari genus forcepia ini memiliki lapisan pada tubuhnya 
tidak utuh 
dan pada bagian dasarnya tebal. Tubuh sponge ini sedikit elastis tapi 
mudah 
rapuh. Pada bagian permukaannya “kasar” dan memiliki beberapa lubang oscula 
di atas permukaan tubuhnya. Ukuran tubuhnya hingga 18 cm.. Memiliki 
warna 
kecoklatan, abu-abu dan putih kekuningan. Hidup di daerah berpasir dan ditutupi 
batu kerikil kecil (NAFO area, 2011). Diameter osculanya 
hingga 2 mm 
(Bowerbank, 1875). 
Gambar 1. Morfologi Sponge Forcepia sp. (sumber: NAFO Area) 
Klasifikasi dari Forcepia sp. (http://www.marinespecies.org/) 
Страница 31
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Kingdom : Animalia 
Phylum : Porifera 
Class : Demospongiae 
Order : Poecilosclerida 
Family : Coelosphaeridae 
Genus : Forcepia 
----------------------- Page 18-----------------------6 
2. Clathria sp. 
Sponge dari genus clathria memiliki bentuk tubuh bercabang dan 
tipis 
dengan ukuran holotype 5 x 8 x 1-2 mm dan paratipe yang lebih kecil. Sponge ini 
melekat pada karang mati dan sesekali pada sebagian cabangnya terbentuk
Страница 32
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
tegak, namun cenderung mengikuti arah menjadi berliku-liku. Memiliki diameter 
cabang 2-5 mm dan panjang yang bervariasi dari 2 hingga 14 cm. 
Tubuhnya 
berwarna kuning-orange atau orange-merah. Permukaan tubuhnya kasar. Oscula 
pada tubuhnya sedikit dengan diameter 1 mm, 
tetapi pada bagian 
percabangannya memiliki pola veinal (van Soest, 2009). 
Gambar 2. Morfologi Sponge Clathria sp. (http://www.spongeguide.org/) 
Klasifikasi Clathria sp. (http://www.marinespecies.org/) 
Kingdom : Animalia 
Phylum : Porifera 
Class : Demospongiae 
Order : Poecilosclerida 
Family : Microcionidae 
Страница 33
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Genus : Clathria 
----------------------- Page 19-----------------------7 
3. Stylotella sp. 
Stylotella memiliki bentuk tubuh seperti jari dengan panjang bisa mencapai
cm. Ketika oscula sepenuhnya terbuka akan membentuk bulatan yang 
terlihat 
seperti cerobong. Diameter osculanya sekitar 4,5 mm (Parker,1910). Tubuhnya 
berwarna kuning-orange. Stylotella ditemukan di daerah reef flat pada kedalaman 
2, 4, dan 9 m dengan kondisi perairan yang cukup jernih (Haedar et al., 2016). 
Gambar 3. Morfologi Sponge Stylotella sp. (Jackson, 2010) 
Страница 34
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Klasifikasi Stylotella sp. (http://www.marinespecies.org) 
Kingdom : Animalia 
Phylum : Porifera 
Class : Demospongiae 
Order : Halichondrida 
Family : Axinellidae 
Genus : Stylotella 
B. Morfologi dan Anatomi 
Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, 
kimiawi dan 
biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka dan 
berombak besar cenderung mengalami pertumbuhan yang pendek atau juga 
merambat. Sebaliknya spesimen dan jenis yang sama pada lingkungan yang 
Страница 35
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan 
berarus tenang, 
----------------------- Page 20-----------------------8 
pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi. Pada perairan yang lebih 
dalam, 
spons cenderung memiliki bentuk tubuh yang lebih simetris dan lebih 
besar 
sebagai akibat dari lingkungan yang lebih stabil apabila dibandingkan 
dengan 
jenis yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal. 
Sponge memiliki warna yang berbeda walaupun dalam satu jenis, beberapa 
sponge juga memiliki warna dalam tubuh yang berbeda dengan pigmentasi luar 
tubuhnya. Sponge yang hidup di lingkungan yang gelap akan berbeda warnanya 
dengan sponge sejenis yang hidup pada lingkungan yang cerah. Warna sponge 
tersebut sebagian dipengaruhi oleh fotosintesa mikrosimbionnya 
(misalnya 
Страница 36
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
berwarna ungu dan merah jambu). Mikrosimbion sponge umumnya adalah 
Cyanopytha (cyanobacteria dan eukariot alga seperti 
dinoflagella atau 
zooxanthella) (Amir dan Budiyanto, 1996). 
Pada dasarnya dinding tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan, 
(Suwignyo, 
dkk., 2005) yaitu: 
1. Pinococyte atau Pinacoderm, seperti epidermis berfungsi untuk 
melindungi 
tubuh bagian dalam. Bagian sel pinacocyte dapat berkontraksi atau 
berkerut, 
sehingga seluruh tubuh hewan dapat sedikit membesar atau mengecil. 
2. Mesohyl atau Mesoglea, terdiri dari zat semacam agar, mengandung 
bahan 
tulang dan sel amebocyte yang mempunyai banyak fungsi, antara lain 
untuk 
pengangkut dan cadangan makanan, membuang partikel sisa metabolisme, 
Страница 37
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
membuat spikula, serat sponge dan membuat sel reproduktif. 
3. Choanocyte, yang melapisi rongga atrium atau 
spongocoel. Bentuk 
choanocyte agak lonjong, ujung yang satu melekat pada mesohyl dan ujung yang 
lain berada di spongocoel serta dilengkapi sebuah flagelum yang 
dikelilingi 
kelopak dari fibril. Getaran flagel pada lapisan choanocyte menghasilkan arus 
air 
di dalam spongocoel ke arah osculum, sedangkan fibril berfungsi sebagai
alat 
penangkap makanan. Gambar organ sponge dapat dilihat pada Gambar 4. 
----------------------- Page 21-----------------------9 
Gambar 4. Bagian Organ Sponge (Vacelet, 2008). 
Berdasarkan sistem aliran air (bukan secara taksonomi), bentuk tubuh 
porifera 
Страница 38
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dibagi menjadi tiga tipe, (Suwignyo, dkk., 2005) yaitu: 
(a) Asconoid merupakan bentuk yang paling primitif, menyerupai vas bunga atau 
jambangan kecil. Pori-pori atau lubang merupakan saluran pada sel 
porocyte 
yang berbentuk tabung, memanjang dari permukaan tubuh sampai spongocoel 
(b) Syconoid, lipatan-lipatan dinding tubuh secara horizontal, sehingga 
potongan 
melintangnya seperti jari-jari 
(c) Leuconoid, tingkat pelipatan dinding spongocoel paling tinggi. 
Gambar tipe 
morfologi sponge dapat dilihat pada Gambar 5. 
Gambar 5. Tipe Morfologi Sponge (Haris, dkk., 2012) 
----------------------- Page 22-----------------------10 
C. Pertumbuhan 
Страница 39
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
1. Bentuk-bentuk Pertumbuhan 
Sponge hidup dan tumbuh dengan cara melekat atau menempel pada 
beberapa benda keras bawah laut seperti karang, bebatuan dan karang. Spons 
memiliki banyak perbedaan yang sangat beragam antara spesiesnya dalam hal 
ukuran, bentuk dan warna. Beberapa spons ada yang berukuran kecil 
sekecil 
butiran beras sampai berukuran besar dengan ukuran panjang lebih dari empat 
kaki. Dalam pertumbuhannya, bentuk luar sponge sangat bervariasi. Bentuk luar 
ini dapat berupa tabung, massive, jari, bola, semi bola, bercabang-cabang, tugu
dan sebagainya (Fitrianto, 2009). 
Bentuk luar sponge laut sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, 
kimiawi, dan 
biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka dan 
berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya atau merambat. Sebaliknya 
Страница 40
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
spesimen dari jenis yang sama pada lingkungan yang terlindung atau 
perairan 
yang lebih dalam dan berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan
tinggi. Pada perairan yang lebih dalam, sponge cenderung memiliki tubuh yang 
lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat lingkungan yang lebih stabil 
apabila 
dibandingkan dengan jen is yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal 
(Bergquist, 1978; Amir dan Budiyanto, 1996). Selain dipengaruhi oleh 
faktor 
lingkungannya, morfologi sponge juga dipengaruhi oleh predator, kompetisi, serta
ketersediaan cahaya. Pada perairan yang kaya akan nutrien spons mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat, secara umum makin banyak kandungan partikel 
makanan di dalam air yang mengelilingi sponge, makin cepat sponge akan
tumbuh (Fitrianto, 2009). 
Страница 41
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
2. Pertumbuhan mutlak dan Laju Pertumbuhan 
Laju pertumbuhan koloni sponge dapat berbeda satu sama lainnya karena 
dipengaruhi oleh perbedaan spesies, umur dan koloni. Koloni yang kecil 
atau 
----------------------- Page 23-----------------------11 
muda cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan koloni dengan pertumbuhan 
masive. Perbedaan kecepatan pertumbuhan diduga karena adanya perbedaan 
antara kerangka dan jaringan sponge. Selain itu, ketersediaan energi awal yang 
terkandung dalam setiap potongan benih juga mempengaruhi 
kecepatan 
pertumbuhan. Parameter-parameter kualitas perairan yang
membatasi 
pertumbuhan sponge antara lain cahaya, tingkat kecerahan, suhu, ombak, 
kekeruhan, sedimen dan kecepatan arus yang juga memberikan pengaruh 
Страница 42
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
terhadap pertumbuhan sponge (van Soest dan Verseveldt, 
1987 dalam 
Suharyanto, 2003). 
D. Makanan, Cara Makan, dan Proses Pencernaan 
Sponge adalah hewan peyaring (filter feeder) yang menetap di 
dasar 
perairan. Sponge memperoleh makanan dalam bentuk partikel organik renik,
hidup atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang masuk melalui 
pori- 
pori (ostia) yang terbuka dalam air, dan dibawa ke dalam rongga lambung atau 
ruang-ruang berflagella. Arus air yang masuk melalui sistem saluran dari sponge 
diciptakan oleh flagella choanocytes yang memukul-mukul secara terus menerus. 
Choanocytes juga mencerna partikel makanan, baik disebelah maupun di dalam 
sel leher (collars). Sebuah vakuola makanan terbentuk dan di vakuola 
ini 
Страница 43
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
pencernaan terjadi. Sisa makanan yang tidak tercerna dibuang keluar dari dalam 
sel leher (collars). Makanan itu dipindahkan dari satu sel ke sel 
lain dan 
diedarkan dalam batas tertentu oleh sel-sel amebocytes yang terdapat di lapisan 
tengah. Penting bagi sponge untuk hidup dalam air bersirkulasi, karena hewan ini
ditemukan dalam air yang jernih, bukannya air yang keruh. Karena arus air yang 
lewat melalui sponge membawa serta zat buangan dari tubuh sponge, maka
penting agar air yang keluar melalui oskulum dibuang jauh dari badannya, karena 
air ini tidak berisi makanan lagi, tetapi mengandung asam karbon dan sampah 
nitrogen yang beracun bagi hewan tersebut (Romimohtarto dan Juwana, 1999). 
----------------------- Page 24-----------------------12 
Sponge dapat menyaring partikel yang sangat kecil yang tidak tersaring 
oleh 
Страница 44
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
hewan-hewan laut lainnya (Bergquist, 1978). Partikel yang berukuran antara 2 – 
5  m (protozoa, ultraplankton, detritus organik) ditangkap oleh 
archaeocytes, 
yang bergerak ke batas saluran pemasukan (incurrent canal), sementara partikel 
yang berukuran antara 0.1. – 1.5  m (bakteri, molekul organik) ditangkap 
oleh 
flagella sel-sel leher (collars). Gerak mengombak pada gerakan sel leher 
(collars) 
menangkap partikel makanan dan dibawa ke sel tubuh choanocytes, di 
mana 
partikel makanan tersebut dimasukkan secara fagositosis atau 
pinositosis. 
Sponge juga dapat mengambil dalam jumlah yang signifikan bahan organik 
terlarut (dissolved organic matter, DOM) secara pinositosis dari dalam air pada 
sistem saluran (Brusca dan Brusca, 1990). Menurut penelitian Reiswig 
(1976) 
Страница 45
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dalam Brusca dan Brusca (1990) 80 % bahan organik terlarut diambil oleh jenis 
spons Jamaika, dan 20 % adalah bakteri dan dinoflagellata. Menurut Bell et 
al. 
(1999) jenis ultraplankton yang dimakan oleh sponge pada umumnya adalah
jenis bakteri heterotropik, Prochlorococcus spp, 
Synechococcus- tipe 
cyanobakteri, dan picoeukaryotes autotropik Choanocytes pada tubuh sponge
jumlahnya relatif besar. Menurut Schmidt (1970) dalam Brusca dan Brusca
(1990), jenis Epydatia fluvialis mempunyai jumlah choanocytes sekitar 7600/mm 
tubuh sponge. Setiap rongga choanocytes dapat memompa air sekitar 1200 kali 
dari volume tubuhnya per hari. Sponge yang lebih kompleks, tipe 
leuconoid 
mempunyai jumlah choanocytes yang lebih besar, yaitu 18.000 per 
millimeter 
kubik (Brusca dan Brusca, 1990). 
Страница 46
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Tubuh sponge terdiri dari saluran air yang luas dan berongga. 
Sebuah 
lapisan sel (choanocytes), lapisan permukaan pada rongga padat, membuat arus 
air searah yang membawa oksigen dan partikel makanan serta menghilangkan 
limbah (Jørgensen, 1966 dalam Yahel et al., 2003). Sponge menyaring volume 
----------------------- Page 25-----------------------13 
air sebesar (60 sampai 900 kali volume tubuhnya per jam) (Yahel et al., 
2003). 
Dalam lingkungannya di laut dan air tawar mereka menyaring makanan 
pokok 
makroinvertebrata (Pile et al,. 1997; Richter et al., 2001; Scheffers 2005
dalam 
Yahel et al., 2003). 
Sponge mampu menyaring volume air yang besar dan dengan demikian
Страница 47
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dapat melepaskan makanan dengan jumlah besar (Reiswig 1971; Pile et al
1996;. Ribes et al 1999 dalam Duckworth, 2006). Sponge menangkap 
partikel 
makanan dengan memompa air laut ke dalam sistem saluran internalnya. 
Air 
masuk melalui pori-pori incurrent atau ostia melewati rongga
choanocyte 
flagellated yang mendorong arus air. Air keluar dari sponge melalui 
pori-pori 
excurrent atau oscula. partikel makanan ditangkap oleh choanocytes atau ditelan 
melalui fagositosis oleh pinacocytes yang melapisi saluran ostia (Reiswig, 
1971; 
Weissenfels, 1992 dalam Duckworth, 2006). 
Partikel makanan yang biasa ditangkap dapat berlangsung pada tiga lokasi
fungsional dalam tubuh sponge. Partikel berukuran besar ( >50 µm) yang tidak 
dapat masuk ke dalam ostia akan ditangkap dipermukaan oleh pinacocytes 
Страница 48
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
epitel. Partikel yang lebih kecil (<50 µm) dapat masuk kedalam ostia 
dan 
ditangkap oleh pinacocytes yang melapisi saluran dinding. Untuk partikel 
terkecil 
(<5 µm) sering ditangkap oleh choanocytes didalam choanocyte chambers. 
Setelah ditangkap oleh pinacocytes dan choanocytes, partikel makanan tersebut 
dicerna dengan cara dilewatkan ke sel mesohyl oleh transcytosis (Pile 
et al., 
1996) 
E. Pengaruh Sedimen Terhadap Sponge 
Sponge merupakan pemakan suspensi dan mendapatkan sebagian besar 
makanan dan nutrisi dari penyaringan kolom air, meskipun banyak spesies tropis 
juga bergantung pada fotosintesis simbion. Sponge sebagian besar memakan
----------------------- Page 26-----------------------14 
Страница 49
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
partikel yang berukuran kurang dari 5 µm, khususnya 
cyanobacteria dan 
heterotrof bakteri (Pile et al., 1996), yang serupa ukurannya dengan 
partikel 
sedimentasi kecil (Bakus, 1968. Bannister et al., 2012). Namun, 
sedimentasi 
diperkirakan memiliki dampak negatif pada spons. Seperti sedimen 
dapat 
mempengaruhi spons dalam beberapa cara: (1) melalui pencernaan partikel 
halus secara langsung, yang dapat memblokir atau 
menyumbat halus 
penyaringan apparatus dan berdampak melalui proses-proses fisiologis, (2)
melalui pembersihan permukaan luar oleh partikel-partikel sedimen yang 
lebih 
besar, (3) meningkatkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya, yang 
akan berdampak pada spesies yang membutuhkan 
fotosintesis dan (4) 
mencegah larva yang menetap dalam mencapai substrat yang cocok 
Страница 50
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
jika 
tertutupi pada pengendapan sedimen (Bell et al,. 2015). 
Sedimen melalui pengendapan atau suspensi dapat mempengaruhi sponge 
melalui sejumlah mekanisme. Sifat dan tingkatan untuk sedimen yang 
dapat 
memiliki efek yang merugikan pada sponge tidak hanya bergantung pada jumlah 
sedimen tetapi juga ukuran partikel dan mineralogi (Bannister et al., 
2012). 
Ukuran butiran dari pasir berkisar (> 63 µm), lumpur halus (4-16 µm) dan tanah
liat (< 4 µm) (Leeder, 1982). Mineralogi bergantung pada asal mula 
sedimen, 
baik biogenik secara langsung, hydrogenic maupun lithogenic (Biscaye, 
1965). 
Dampak tersebut dapat secara bebas dibagi menjadi efek-efek yang 
berakibat 
langsung kepada konsentrasi suspensi sedimen yang 
lebih tinggi atau 
pengendapan sedimen dan dampak-dampak secara tidak langsung. 
Страница 51
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Penyumbatan inhalant canals dan sistem aquiferous oleh suspensi sedimen 
adalah kemungkinan dampak utama secara langsung (Gerrodette dan Flechsig, 
1979; Tompkins-MacDonald dan Leys, 2008 in Bell et al., 2015). 
Sponge 
menyaring makanan dengan sedikit kontrol selektif atas asupan penyaringannya 
(Reiswig, 1971a in Bell et al., 2015), dan karena itu sangat rentan 
terhadap 
----------------------- Page 27-----------------------15 
penyumbatan, terutama oleh sedimen halus (Bannister et al., 2012). 
Makanan 
tersuspensi adalah sumber utama nutrisi bagi kebanyakan sponge, sehingga
penyumbatan dapat memiliki konsekuensi serius bagi proses biologis 
sponge 
dan mengakibatkan penurunan efisiensi makanan (Reiswig, 1971a; Gerrodette
Страница 52
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dan Flechsig, 1979 in Bell et al., 2015). Penyumbatan oleh deposit endapan yang 
besar juga dapat menyumbat filtrasi ostia dari sponge tersebut (Ilan dan 
Abelson, 
1995) 
----------------------- Page 28-----------------------16 
III. METODE PENELITIAN 
A. Waktu dan Tempat 
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober 
2016. 
Pengambilan sampel sponge di Perairan Pulau Barranglompo dan pengujian 
dilakukan di Hatchery Marine Station Universitas 
Hasanuddin, Pulau 
Barranglompo, sedangkan pengukuran sampel air dilakukan di Laboratorium 
Страница 53
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan 
Perikanan, Universitas Hasanuddin. 
B. Alat dan Bahan 
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat selam untuk 
membantu 
dalam pengambilan sponge di dasar perairan, akuarium berfungsi sebagai 
wadah penguji, pisau digunakan untuk memotong sponge, aerator berfungsi 
sebagai panambahan udara/oksigen dalam air, bak besar 
untuk proses 
aklimatisasi, cool box sebagai tempat penyimpanan sponge ketika pengangkutan 
dari lokasi ke hatchery, termometer untuk mengukur suhu air laut,
hand- 
refractometer untuk mengukur salinitas air laut, turbidimeter untuk 
mengukur 
kekeruhan air, beaker glass 1000 ml digunakan sebagai wadah, gelas ukur 1000 
Страница 54
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
ml digunakan untuk mengukur volume sampel air, gelas ukur plastik 2000
ml 
untuk mengukur volume sponge, erlenmeyer sebagai wadah larutan, gelas ukur 
10 ml untuk mengukur volume larutan, vakum pamp untuk menyaring sampel air, 
botol sampel 1 liter untuk menyimpan sampel air, hot plate untuk memanaskan 
larutan, buret tetes untuk titrasi, tiang statif sebagai alat penyanggah buret 
tetes, 
oven untuk mengeringkan bahan, desikator untuk menghilangkan kadar air dari 
suatu bahan pada kertas saring, timbangan analitik untuk menimbang, sieve net 
----------------------- Page 29-----------------------17 
digunakan untuk mengayak sedimen dan caliper berfungsi sebagai alat 
ukur 
diameter oscula sponge. 
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sponge sebagai hewan 
Страница 55
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
uji yang diberi perlakuan, sedimen tanah liat, air laut dan kertas saring 
Whattman 
G/FC, KMnO , H SO , Natrium Oksalat. 
4 2 4 
C. Prosedur Penelitian 
1. Tahap Awal 
Tahap awal dalam penelitian ini mencakup persiapan dan 
pengumpulan 
literatur yang berkaitan dengan tema kajian serta melakukan konsultasi dengan 
pembimbing terkait dengan penelitian. 
2. Pengambilan Sedimen 
Pengambilan sedimen dilakukan di area pembuatan batu bata Kabupaten 
Gowa dengan menggunakan skop. Kemudian menumbuk
sedimen 
menggunakan cawan petri, setelah itu dilakukan 
pengayakan dengan 
Страница 56
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
menggunakan sieve net yang telah tersusun secara berurutan dengan ukuran 2 
mm, 1 mm, 0,5 mm, 0,25 mm, 0,125 mm, 0,063 mm dan < 0,063 mm. Kemudian 
mengambil sedimen yang berukuran paling kecil yaitu < 0.063 mm untuk 
digunakan sebagai bahan penelitian. Menurut Bergquist (1978), sponge 
dapat 
menyaring partikel yang sangat kecil yang tidak tersaring oleh hewan-hewan laut 
lainnya. Partikel dengan ukuran antara 2 – 5  m (protozoa, 
ultraplankton, 
detritus organik) dan 0.1. – 1.5  m (bakteri, molekul organik). 
3. Tahap Persiapan Akuarium 
Dalam penelitian ini menggunakan 9 buah akuarium dengan ukuran 30 x
40 x 50 cm. Akuarium yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu. 
Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap 
(RAL) 
dengan tiga perlakuan bentuk pertumbuhan sponge yaitu (A) Massive, 
(B) 
Страница 57
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 30-----------------------18 
Brancing, (C) submassive dan setiap perlakukan dilakukan 3 kali 
pengulangan. 
Berikut adalah tata letak wadah penelitian pada (Gambar 6). 
C2 B2 A2 
B1 C1 A3 
A1 B3 C3 
Gambar 6. Tata Letak Wadah Penelitian 
4. Hewan Uji 
Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Barranglompo 
dengan 
kedalaman antara 3-7 meter. Sponge yang diambil memiliki bentuk pertumbuhan 
yang berbeda. Jenis sponge yang digunakan pada penelitian ini adalah Stylotella 
Страница 58
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
sp. untuk bentuk pertumbuhan submassive, Clathria 
sp. untuk bentuk 
pertumbuhan branching dan Forcepia sp. untuk bentuk pertumbuhan massive.
Selanjutnya memotong sponge dengan menggunakan pisau, kemudian disimpan 
didalam coolbox yang berisi air laut. Pada saat pengambilan sampel 
juga 
dilakukan pengukuran parameter lingkungan yaitu suhu dan salinitas 
secara in 
situ. 
5. Proses Aklimatisasi 
Setelah sponge diambil dari perairan, dilakukan aklimatisasi terlebih 
dahulu 
selama 2-3 hari untuk mengadaptasikan sponge sebelum diberikan 
perlakuan. 
Pertama-tama mengisi bak besar dengan air laut dan diberi aerasi untuk
menyuplai oksigen. Kemudian memasukkan sponge secara perlahan ke dalam 
Страница 59
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
bak. Selama proses aklimatisasi air laut tetap dialirkan ke dalam bak 
dengan 
menggunakan selang untuk mempertahankan kualitas air. Pada saat proses 
aklimatisasi sponge tetap diberikan pakan berupa Nannochloropsis sp. 
----------------------- Page 31-----------------------19 
6. Pemberian Perlakuan Sponge 
Pertama-tama membuat media air dengan konsentrasi TSS sebesar 0,17 
mg/L dengan menambahkan 30 mg sedimen kedalam 180 liter air laut pada
wadah besar. Kemudian mengambil sampel air tersebut untuk diukur nilai 
kekeruhan, TSS dan BOT sebagai nilai awal untuk kesembilan akuarium. Setelah 
itu masing-masing akuarium diisi air laut tersebut sebanyak 15 liter 
Страница 60
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dan diberi 
aerasi untuk menyuplai oksigen di dalam akuarium. Memasukkan hewan uji ke 
dalam akuarium dengan volume tubuh yang sama yaitu 500 cm . 
Untuk 
mengetahui kemampuan menyaring dari ketiga bentuk pertumbuhan sponge 
dilakukan pengamatan selama 10 jam dan 24 jam. Setelah itu mengambil sampel 
air pada masing-masing akuarium dan disimpan dalam botol sampel untuk diukur 
nilai akhir dari kekeruhan, total suspended solid dan bahan organik total. 
7. Pengukuran Parameter 
Parameter utama yang diukur adalah sebagai berikut: 
a. Kekeruhan 
Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan cara mengambil sampel air pada 
botol sampel, kemudian sampel air ditempatkan pada beaker glass dan dianalisis 
Страница 61
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
menggunakan alat turbidimeter. Sampel air yang diukur adalah sampel 
air 
sebelum diberi perlakuan sponge untuk mewakili nilai awal dan sampel 
air 
setelah dimasukkan sponge. Untuk menentukan perubahan jumlah konsentrasi, 
nilai awal kekeruhan dikurangi dengan nilai akhir kekeruhan. 
b. Total Suspended Solid (TSS) 
pengukuran TSS dilakukan dengan cara mengambil sampel air 
lalu 
memasukkannya kedalam beaker glass sebanyak 600 ml. Kemudian sampel air 
disaring menggunakan vakum pamp dan kertas saring Whattman No. 41 yang
sebelumnya telah dioven dengan suhu 105 C selama satu jam dan didinginkan 
dalam desikator selama 30 menit. Setelah air sampel disaring, kertas 
saring 
----------------------- Page 32-----------------------20 
Страница 62
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
dioven kembali selama 2 jam dengan suhu 105 C. Kemudian kertas 
saring 
ditimbang menggunakan timbangan analitik. Sampel air yang diukur adalah 
sampel air sebelum diberi perlakuan sponge untuk mewakili nilai awal 
dan 
sampel air setelah dimasukkan sponge. Untuk menentukan perubahan jumlah 
konsentrasi TSS, nilai awal TSS dikurangi dengan nilai akhir TSS. 
c. Bahan Organik Total (BOT) 
Penentuan kadar bahan organik total dalam air laut dilakukan dengan cara
mengukur 50 ml air sampel lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Setelah 
itu menambahkan sebanyak 9,5 ml KMnO langsung 
dari buret dan 
menambahkan 10 ml H SO (1:4). Lalu memanaskan larutan sampai suhu 70- 
2 4 
Страница 63
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
80°C kemudian mengangkat larutan dan membiarkan hingga suhunya turun 
menjadi 60-70°C. Setelah itu menambahkan Natrium Oksalat 0,01 N secara 
perlahan hingga larutan tidak berwarna dan mentitrasi dengan KMnO 0,01
sampai larutan berubah warna menjadi merah jambu/pink. Mencatat ml KmnO 
yang digunakan. 
Kadar Bahan Organik Total dalam sampel dapat dihitung 
menggunakan 
rumus sebagai berikut : 
BOT (mg/L) = ((x-y)x 31,6 x 0,01 x 1000)/(mL contoh) 
Keterangan 
x = ml KMnO untuk sampel. 
Страница 64
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
y = ml KMnO4 untuk aquades (larutan blanko). 
31,6 = Seperlima dari BM KMnO , karena tiap mol KMnO4 melepaskan 5 
oksigen dalam reaksi ini. 
0,01 = normalitas KMnO 
Selain itu ada pula parameter pendukung yang diukur yaitu: 
d. Suhu 
----------------------- Page 33-----------------------21 
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer. Prosedur 
pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan termometer ke dalam 
kolom perairan selama beberapa detik kemudian membaca dan 
mencatat 
Страница 65
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
skalanya dengan pembacaan secara vertikal. 
e. Salinitas 
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan hand-refractometer. 
Prosedur pengukuran salinitas dilakukan dengan cara
membersihkan 
handrefractometer terlebih dahulu dengan tissue kemudian meteteskan 
air 
sampel pada bagian kaca prisma, selanjutnya membaca 
skala dengan 
mengarahkan hand-refractometer ke cahaya. 
D. Analisis Data 
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan menyaring dari ketiga bentuk
pertumbuhan sponge dilakukan analisis ragam One Way Anova dengan
menggunakan program SPSS versi 16.0. Apabila terdapat perbedaan antara 
ketiga bentuk pertumbuhan, maka dilanjutkan dengan uji Tukey. Sedangkan 
Страница 66
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
parameter lingkungan berupa suhu dan salinitas dianalisis secara deskriptif. 
----------------------- Page 34-----------------------22 
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 
A. Kemampuan Menyaring Sponge 
Berdasarkan hasil pengukuran sampel air pada perlakuan 10 jam 
untuk 
penyaringan tingkat kekeruhan didapatkan bentuk 
pertumbuhan sponge 
submassive menyaring sebanyak 16,20 NTU, branching 13,49 NTU dan massive 
11,62 NTU (Gambar 7). Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 2) 
ketiga 
bentuk pertumbuhan tersebut tidak berbeda nyata pada (P > 0,05). Berdasarkan 
data tersebut ketiga bentuk pertumbuhan masih mampu menyaring partikel- 
Страница 67
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
partikel yang ada dalam kolom air selama 10 jam. Sehingga tidak ada perbedaan 
kemampuan menyaring dari ketiga bentuk pertumbuhan tersebut. Seperti 
yang 
diketahui sponge menyaring partikel terkecil seperti mikroalga, bakteri 
dan 
detritus serta partikel organik yang ada dalam perairan sebagai 
makanannya. 
Begitu pula dengan sedimen halus yang mengandung partikel tersuspensi yang 
dapat dijadikan sumber makanan bagi sponge. Sesuai dengan pernyataan Pile et 
al. (1996) sponge merupakan pemakan suspensi dan mendapatkan sebagian 
besar makanan dan nutrisi dari penyaringan kolom air dan sebagian 
besar 
memakan partikel berukuran kurang dari 5 µm (seperti cyanobacteria dan 
heterotrof bakteri). 
Hasil pengukuran sampel air pada perlakuan 10 jam penyaringan 
total 
Страница 68
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
suspended solid didapatkan bentuk pertumbuhan sponge submassive menyaring 
54.169 mg/L diikuti dengan bentuk pertumbuhan braching 47.608 mg/L dan 
terendah pada bentuk pertumbuhan massive 39.038 mg/L 
(Gambar 8). 
Berdasarkan hasil analisis ragam ketiga bentuk pertumbuhan tersebut 
tidak 
signifikan pada (P > 0,05) (Lampiran 2). Jumlah padatan tersuspensi total 
(TSS) 
yang disaring pada setiap bentuk pertumbuhan selama 10 jam sesuai 
dengan 
hasil penyaringan kekeruhan, hal ini disebabkan karena TSS dan 
kekeruhan 
----------------------- Page 35-----------------------23 
memiliki hubungan yang erat, sesuai dengan pendapat Tarigan dan Edward 
(2003), umumnya tingkat kekeruhan sangat dipengaruhi oleh kandungan zat 
Страница 69
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
padat suspensi. Apabila nilai kekeruhan menurun, maka nilai TSS juga menurun, 
dengan tingkat signifikansi berkisar antara 20 – 43 % antara 
penurunan 
kekeruhan dengan TSS. 
n 25.00 b 
h ns 
r 20.00 
i 15.00 20.39 
s a 
Masive 
a 16.20 
r ) 
t U 
n 10.00 13.49 a 
e T 
Branching 
s N 
n ( 11.62 
o 5.00 8.34 
Страница 70
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Submasive 
n 2.57 
h 0.00 
b 10 24 
r -5.00 
P Waktu Pengamatan 
Gambar 7. Perubahan Jumlah Konsentrasi Kekeruhan Setelah Sponge 
Menyaring Selama 10 Jam dan 24 Jam (Huruf Yang Berbeda 
Di atas Grafik Merupakan Perbedaan Yang Nyata Pada α 5% 
Bentuk Pertumbuhan Sponge) 
/ 80 ns 
m a a 
( 70 
Страница 71
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
S 60 
s 50 
Massive 
t 40 54.169 55.169 b 
Branching 
n 53.515 
e 30 
n 39.038 47.608 
Submassive 
o 20 
n 10 15.865 
h 0 
u -10 10 24 
Страница 72
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
P Waktu Pengamatan 
Gambar 8. Perubahan Jumlah Konsentrasi Larutan Tersuspensi Setelah 
Sponge Menyaring Selama 10 Jam dan 24 Jam (Huruf Yang 
Berbeda Di atas Grafik Merupakan Perbedaan Yang Nyata Pada α 
5% Bentuk Pertumbuhan Sponge) 
Berdasarkan hasil pengukuran sampel air pada perlakuan 24 jam 
untuk 
penyaringan tingkat kekeruhan didapatkan bentuk pertumbuhan 
sponge 
----------------------- Page 36-----------------------24 
submassive menyaring 20,39 NTU, Massive menyaring sebanyak 8,34 NTU dan 
Branching menyaring paling sedikit yaitu 2,57 NTU (Gambar 7). Hasil 
analisis 
ragam menunjukkan (Lampiran 3) ketiga bentuk pertumbuhan tersebut berbeda 
nyata pada (P<0,05). Hasil uji lanjut Tukey memperlihatkan bahwa 
bentuk 
Страница 73
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
pertumbuhan submassive berbeda nyata dengan bentuk pertumbuhan massive 
dan branching sedangkan bentuk pertumbuhan massive 
dan branching 
menunjukkan tidak adanya perbedaan (P<0,05) 
Data tersebut menunjukkan bahwa setelah menyaring selama 24 jam
bentuk pertumbuhan submassive masih mampu menyaring 
dengan baik 
dibandingkan bentuk pertumbuhan massive yang mengalami penurunan dalam 
menyaring dan branching yang mengalami stres serta kematian. Hal
ini 
disebabkan karena setiap jenis sponge mempunyai kemampuan berbeda dalam 
mentolerir atau beradaptasi terhadap sedimen atau kekeruhan. Menurut Riisgard 
et al. (1993), perbedaan ini mungkin mencerminkan adaptasi yang berbeda
dalam bentuk kapasitas menyaring sponge yang terkait dengan 
efisiensi 
Страница 74
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
penyimpanan terhadap ukuran partikel makanan dan konsentrasi 
partikel 
makanan tersuspensi. 
Air yang terlalu keruh atau sedimen yang berlebih dapat membuat sponge 
menjadi stres dan sedimen tersebut dapat menyumbat lubang ostianya sehingga 
sponge susah menyaring makanan dan partikel-partikel yang ada dalam kolom 
air. Partikel tersuspensi juga dapat mengakibatkan pengendapan yang 
dapat 
menyumbat lubang ostia sponge, seperti pada bentuk pertumbuhan branching
yang mengalami stres dan kematian setelah 24 jam menyaring, hal 
tersebut 
ditandai dengan rontoknya rambut-rambut pada tubuhnya, warna tubuhnya 
menjadi orange gelap dan tubuhnya yang berlendir serta air pada bak uji menjadi 
warna keruh pucat. Seperti pernyataan Bickford (1996), 
bahwa partikel 
Страница 75
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
tersuspensi dapat meningkatkan sedimentasi, dimana 
bahan-bahan dari 
----------------------- Page 37-----------------------25 
sedimentasi dapat meningkatkan tingkat endapan sehingga dapat mengubur 
atau menyumbat spesies bercabang. Bell et al. (2015) juga menyatakan, sponge 
saat ini tidak cukup dipelajari sehubungan dengan dampak stres terhadap
sedimen tetapi dianggap sangat rentan. Hal ini dikarenakan beberapa 
dari 
mereka tumbuh lambat dan berumur panjang, dan sebagai hewan penyaring 
mereka bergantung pada konsentrasi tertentu dan kualitas
dari partikel 
tersuspensi dalam air dan memungkinkan beresiko menyumbat. 
Menurut Ilan dan Abelson (1995) bahwa beberapa spesies yang hidup di 
dasar sangat tahan terhadap sedimentasi. Meskipun demikian, 
sedimentasi 
Страница 76
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
diperkirakan memiliki dampak negatif pada sponge. Seperti sedimen dapat
mempengaruhi sponge melalui pencernaan partikel halus secara langsung yang 
dapat memblokir atau menyumbat ostia dan sistem saluran air 
(aqeouferous) 
serta berdampak melalui proses-proses fisiologis (Bakus, 1968). 
Sponge 
merupakan hewan penyaring yang sedikit selektif dalam menyaring makanan 
(Reiswig, 1971a dalam Bell et al. 2015), dan karena itu sangat rentan 
terhadap 
penyumbatan, terutama oleh sedimen halus (Bannister et al. 2012). 
Makanan 
suspensi adalah sumber utama nutrisi bagi kebanyakan sponge, sehingga 
penyumbatan dapat memiliki konsekuensi serius bagi proses biologis 
sponge 
dan mengakibatkan penurunan dalam efisiensi makanan (Reiswig, 
1971a; 
Gerrodette dan Flechsig, 1979 dalam Bell et al. 2015). Penyumbatan 
Страница 77
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
oleh 
deposit endapan yang besar juga dapat menyumbat filtrasi ostia dari 
sponge 
tersebut (Ilan dan Abelson, 1995). Penyumbatan juga dapat mematikan 
untuk 
beberapa fauna laut yang kecil (Peterson, 1985) dan telah terbukti menimbulkan 
sebagian kematian setidaknya pada beberapa spesies sponge (Wulff, 1997). 
Begitu pula pada bentuk pertumbuhan massive 
yang mengalami 
penurunan dalam kemampuan menyaring, akan tetapi masih bisa mentolerir 
----------------------- Page 38-----------------------26 
sedimen dalam media air tersebut. Dalam penelitian Reiswig (1971) dalam Bell et 
al. (2015) menunjukkan adanya pengurangan aktivitas penyaringan 
dalam 
merespon kekeruhan dan sedimentasi pada beberapa spesies yang 
turun 
Страница 78
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
sebesar 37% dari kapasitas normal dan penyebabnya diduga karena adanya 
penyumbatan pada bagian-bagian yang tidak sesuai dengan ukuran partikel 
yang tersaring. 
Hasil pengukuran sampel air pada perlakuan 24 jam untuk 
penyaringan 
total suspended solid pada bentuk pertumbuhan sponge massive yaitu 
55,169 
mg/L, submassive 53.515 mg/L dan branching 15.865 mg/L (Gambar 8). Dan
hasil analisis ragam menunjukkan ketiga bentuk pertumbuhan tersebut signifikan 
/ berbeda nyata (P>0,05) (Lampiran 3). Hasil uji lanjut Tukey 
memperlihatkan 
bahwa bentuk pertumbuhan branching berbeda nyata 
dengan bentuk 
pertumbuhan massive dan submassive (p<0,05), 
sedangkan bentuk 
pertumbuhan massive tidak berbeda nyata dengan bentuk
pertumbuhan 
Страница 79
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
submassive. 
Data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan jumlah TSS 
yang 
tersaring oleh sponge selama 24 jam dengan nilai kekeruhan 24 jam. 
Dimana 
nilai kekeruhan pada massive menurun tapi jumlah TSS meningkat dan 
nilai 
kekeruhan pada submassive meningkat tapi jumlah TSS menurun. Namun hal 
tersebut tidak mempengaruhi apapun, sesuai pernyataan Widigdo (2001), bahwa 
perubahan atau naik turunnya nilai TSS tidak selalu diikuti oleh naik 
turunnya 
nilai kekeruhan secara linier. Hal ini dapat dijelaskan karena bahan-bahan 
yang 
menyebabkan kekeruhan perairan dapat terdiri atas berbagai bahan yang 
sifat 
dan beratnya berbeda sehingga tidak terlalu tergambarkan dalam bobot 
residu 
TSS yang sebanding. 
Страница 80
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Banyaknya partikel tersuspensi yang disaring oleh sponge berasal
dari 
sedimen halus. Sedimen halus tersebut mengandung bahan organik 
dan 
----------------------- Page 39-----------------------27 
unorganik yang dapat dijadikan sebagai sumber makanan untuk sponge. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Leys (2013), bahwa kekeruhan di kolom air 
(karena adanya partikulat di kolom air) menghasilkan bahan 
organik dan 
anorganik. Ostroumov (2003) juga menyatakan, tersedianya makanan pada 
hewan penyaring di kolom air merupakan rangkaian kesatuan dari karbon 
organik detrital yang keduanya merupakan bentuk dari karbon organik partikulat. 
0.45 30 
) 0.40 
Страница 81
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
) 2 
m m 25 
c c 0.35 23 
( ( 
m m 0.30 20 20 l 
u u c 
l l s 
u u 0.25 O 
c c 
s s 15 
Diameter Oscula 
o O 0.20 h 
r l 0.38 l 
e a 12 m 
Luas Oscula 
t t 0.15 0.30 10 u 
e o 
T J 
m s 0.10 
Jumlah Oscula 
i a 0.15 5 
D u 0.05 0.11 
L 0.07 0.02 
Страница 82
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
0.00 0 
Massive Branching Submassive 
Bentuk Pertumbuhan Sponge 
Gambar 9. Ukuran Diameter, Luas dan Jumlah Oscula Pada Berbagai 
Bentuk Pertumbuhan Sponge 
Pada Gambar 9 di atas menunjukkan bahwa 
perbedaan bentuk 
pertumbuhan sponge memiliki diameter, jumlah dan luas oscula yang berbeda- 
beda. Pada bentuk pertumbuhan massive (Forcepia sp.) memiliki diameter 
osculum 0,30 cm dengan jumlah oscula 20 buah dan luas osculum 0,07 
cm . 
Bentuk pertumbuhan branching (Clathria sp.) memiliki diameter osculum 
0,15 
cm dengan jumlah oscula 23 buah dan luas osculum 0,02 cm . Sedangkan 
Страница 83
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
bentuk pertumbuhan submassive (Stylotella sp.) memiliki diameter osculum yang 
besar yaitu 0,38 cm dengan jumlah oscula 12 buah dan luas osculum 0,11 cm . 
Berdasarkan data tersebut bentuk pertumbuhan submassive memiliki 
jumlah osculum sedikit dibandingkan bentuk pertumbuhan branching 
dan 
massive yang memiliki jumlah osculum lebih banyak. Akan tetapi diameter dan 
----------------------- Page 40-----------------------28 
luas oscula yang dimiliki bentuk pertumbuhan submassive lebih besar sehingga 
lebih banyak menyaring air dengan jumlah besar dibandingkan dengan 
bentuk 
pertumbuhan branching dan massive yang diameter dan luas osculanya 
lebih 
kecil. Menurut Bowerbank (1875) sponge forcepia sp. memiliki diameter oscula 
Страница 84
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
hingga 2 mm dengan bentuk pertumbuhan massive, sponge clathria sp. memiliki 
bentuk pertumbuhan bercabang dengan diameter oscula 1 mm (Van soest, 
2009), dan stylotella sp. memiliki ukuran diameter oscula sekitar 4,5 mm dengan
bentuk pertumbuhan submassive (Parker, 1910). 
B. Kualitas Air 
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam 
pemeliharaan sponge didalam akuarium. Hasil penelitian menunjukkan 
kualitas 
air dalam akuarium masih berada pada batas kisaran normal untuk 
kehidupan 
sponge. Berikut Tabel kualitas air yaitu: 
Tabel 1. Parameter Kualitas Air 
No. Parameter Kisaran 
Страница 85
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
1 Suhu 27 – 29,5 
2 Salinitas 30 – 33 
ppt 
Hasil pengukuran suhu air laut didalam akuarium yaitu berkisar 27 – 
29,5 
oC. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suhu tersebut masih 
menunjang 
kehidupan dan pertumbuhan sponge, sebagaimana yang dikemukakan oleh 
Zairion (1992) kisaran suhu yang layak bagi lingkungan hidup sponge 
laut 
berkisar antara 24 – 30 C. 
Kadar salinitas air laut didalam akuarium berkisar 30 – 33 ppt.
Menurut 
Samidjan (1993), bahwa sponge dapat mentolerir salinitas minimal 22 ppt
dan 
salinitas optinum berkisar antara 30 – 33 ppt serta batas maksimal salinitas 
air 
laut yang dapat ditolerir untuk kehidupan sponge laut sekitar 34 ppt. 
Страница 86
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 41-----------------------29 
C. Bahan Organik Total (BOT) 
Berdasarkan hasil pengukuran sampel air setelah 10 
jam sponge 
menyaring, bentuk pertumbuhan submassive menghasilkan bahan organik total 
(BOT) sebanyak 26,75 mg/L, branching 19,8 mg/L dan massive 10,07 mg/L 
(Gambar 10). Jumlah BOT dalam media air sebelumnya adalah 8,12 mg/L. 
Berdasarkan hasil analisis ragam ketiga bentuk pertumbuhan sponge signifikan 
atau berbeda nyata (p<0,05). Hasil dari uji lanjut Tukey memperlihatkan bentuk 
pertumbuhan submassive berbeda dengan bentuk pertumbuhan 
massive 
(p<0,05), sedangkan bentuk pertumbuhan branching tidak berbeda nyata dengan 
bentuk pertumbuhan submassive dan massive (p>0,05) (Lampiran 2). 
Страница 87
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Hasil pengukuran sampel air dalam waktu 24 jam bahan organik 
total 
yang dihasilkan pada bentuk pertumbuhan Submassive adalah sebanyak 33,07 
mg/L, Branching 25,28 mg/L dan Massive 13,69 mg/L (Gambar 10). Berdasarkan 
hasil analisis ragam diperoleh nilai signifikan (p<0,05). 
Hasil uji lanjut 
menunjukan bentuk pertumbuhan submassive berbeda nyata dengan bentuk 
pertumbuhan massive (p<0,05), namun bentuk pertumbuhan branching tidak 
berbeda nyata dengan bentuk pertumbuhan massive dan submassive (p>0.05) 
(Lampiran 3). 
45 
40 
35 c b 
L 30 b 
Masive 
Страница 88
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
m 25 
T 20 26.75 a 33.07 
Branching 
O 15 a 25.28 
10 19.80 13.69 
Submasive 
10.07 
10 24 
Waktu Pengamatan 
Gambar 10. Perubahan Jumlah Konsentrasi BOT 
Setelah Sponge 
Menyaring Selama 10 Jam dan 24 Jam 
(Huruf Yang 
Berbeda Di atas Grafik Merupakan Perbedaan Yang 
Nyata 
Pada α 5% Bentuk Pertumbuhan Sponge) 
----------------------- Page 42-----------------------30 
Meningkatnya bahan organik total pada setiap bak uji dihasilkan dari 
Страница 89
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
sisa 
ekskresi yang dikeluarkan atau dari jaringan pada tubuh sponge. Hal ini sesuai 
pernyataan Witte et al. (1997), terdapat bahan organik yang dihasilkan 
dari 
eksresi sponge. Limbah organik yang dibuang terdiri dari bahan 
dentrital baik 
yang dicerna maupun yang tidak dicerna. Reiswig (1990) dan Yahel et al. (2007) 
menyatakan, studi di NE Pacific fjord yang membandingkan antara air 
yang 
disaring (diambil) dengan air yang dikeluarkan (diekskresikan) oleh 
sponge 
menunjukkan hingga 99% melepaskan bakteri terkecil dan melimpah. Menurut
Yahel et al. (2003), sponge mengandung sejumlah besar bakteri simbiotik
di 
dalam jaringan mereka, sponge mengambil karbon organik terlarut yang diduga 
“makanan” dari simbionnya yang pada akhirnya memberikan nutrisi 
pada 
Страница 90
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
sponge. Menurut schÖnberg (2015), tubuh sponge adalah material komposit 
yang terbuat dari jaringan, organik (spongin) dan kerangka anorganik (spikula). 
Menurut Alexander (2015), bahwa sponge juga memberikan jumlah tertinggi 
(sekitar 60%) dari karbon organik dan nitrogen total yang terkadung 
dalam 
jaringannya. 
Dalam waktu 10 dan 24 jam bentuk pertumbuhan submassive lebih 
banyak menghasilkan bahan organik total karena banyaknya partikel tersuspensi 
yang disaring sebagai makanannya, yang kemudian sisa-sisa makanan tersebut 
dibuang melalui oskulum. Menurut Maldonado et al. (2012), Sponge adalah
pengumpan suspensi luar biasa yang melepaskan bahan organik dengan jumlah 
besar melalui air yang lewat dari tubuhnya. Banyak penelitian telah menunjukkan 
bahwa kemampuan sponge untuk melepaskan jumlah besar senyawa organik 
Страница 91
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
terlarut dan anorganik mungkin berhubungan dengan photoautotrophy 
dan 
chemoautotrophy proses yang dimediasi oleh komunitas mikroba sponge terkait. 
Bahan organik total juga dihasilkan dari proses penguraian organisme yang telah 
mati oleh bakteri, seperti pada bentuk pertumbuhan braching yang 
mengalami 
----------------------- Page 43-----------------------31 
kematian setelah 24 jam menyaring. Namun bahan organik yang dihasilkan 
di 
dalam bak uji meningkat. Hal tersebut disebabkan karena adanya 
proses 
penguraian oleh bakteri. Sesuai pernyataan Mulya (2002) menyatakan ada dua 
mekanisme penguraian organisme mati yaitu secara autolisis dan 
bakterial. Di 
alam kedua mekanisme ini bekerja secara bersamaan. Tingkat penguraian 
Страница 92
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
tergantung pada kondisi kematian serta sampai tersedianya enzim dan 
bakteri 
yang diperlukan. Reaksi penguraian terjadi karena adanya enzim di dalam
sel 
dan hasilnya selanjutnya akan dilepaskan ke dalam badan perairan. 
----------------------- Page 44-----------------------32 
V. KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat 
disimpulkan 
bahwa: 
1. Kemampuan biofilter dari ketiga bentuk pertumbuhan sponge setelah 10 
jam tidak memiliki perbedaan dalam menyaring kekeruhan dan 
Total 
Страница 93
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Suspended Solid (TSS). 
2. Kemampuan biofilter dari ketiga bentuk pertumbuhan sponge setelah 24 
jam memiliki perbedaan dalam menyaring kekeruhan dan TSS. 
Sponge 
dengan bentuk pertumbuhan submassive memiliki 
kemampuan 
menyaring yang berbeda dengan bentuk pertumbuhan massive dan 
branching, sedangkan bentuk pertumbuhan massive 
tidak memiliki 
perbedaan dalam menyaring dengan bentuk pertumbuhan branching. 
Penyaringan TSS sponge dengan bentuk pertumbuhan massive dan 
submassive memiliki perbedaan kemampuan menyaring dengan bentuk 
pertumbuhan branching, sedangkan bentuk pertumbuhan massive tidak
terdapat perbedaan dalam menyaring dengan bentuk 
pertumbuhan 
submassive. 
Страница 94
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
B. Saran 
Kemampuan menyaring sponge dengan bentuk 
Pertumbuhan 
submassive dapat diaplikasikan pada sistem budidaya laut, akuarium laut 
dan 
tempat-tempat pembenihan biota laut. 
----------------------- Page 45-----------------------33 
DAFTAR PUSTAKA 
Amir, I. 1992. Fauna spons (Porifera) dari terumbu karang genteng besar, Pulau- 
Pulau Seribu. Oseanologi di Indonesia. 24 : 41-54. 
Amir, I., A. Budiyanto, 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara
Umum. Oseana 1996; 21 (2): 15 – 31. 
Bakus, G., 1968. Sedimentation and benthic invertebrates of Fanning 
Island, 
central Pacific. Mar. Geol. 6, 45–51. 
Страница 95
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Bannister, R., Battershill, C., De Nys, R., 2012. Suspended sediment grain size 
and mineralogy across the continental shelf of the Great 
Barrier Reef: 
impacts on the physiology of a coral reef sponge. Cont. Shelf
Res. 32, 
86–95. 
Bell, JJ., DK, Barnes., 2000a. A sponge diversity centre within a marine 
‘island’. 
Anonymous Island, Ocean and Deep-Sea Biology. Springer, pp. 55–64. 
Bell, J., D. Smith, D.Hannan, A.Haris, and L. Thomas, 2013. Isolation 
and 
characterisation of twelve polymorphic microsatellite 
markers for 
Xestospongia spp. and their use for confirming 
species identity. 
Conservation Genet Resour. Published online: 09 August 2013 
Bell, J., D. Smith, D.Hannan, A.Haris, J. Jompa, and L. Thomas, 2014. Resilience
to Disturbance Despite Limited Dispersal and Self-Recruitment in 
Tropical 
Barrel Sponges: Implications for Conservation and Management. 
PLOS 
ONE | www.plosone.org. March 2014 | Volume 9 | Issue 3 | e91635 
Bell, J., McGrath E., Biggerstaff, A., Bates, T., Bennett, H., Marlow, J., 
Shaffer, 
M., 2015. Sediment Impact on Marine Sponges. Marine Pollution Bulletin 
Страница 96
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
94 
Bergquist, P. R. 1978. Sponss. Hutchinson. London. 
Bickford GP (1996) The effects of sewage organic matter on 
biogeochemical 
processes within mid-shelf sediments offshore Sydney, Australia. 
Mar 
Pollut Bull 33:168– 181 
Biscaye, P.E., 1965. Mineralogy and sedimentation of recent deep-sea clay in the
Atlantic Ocean and adjacent seas and oceans. Geol. Soc. Am. Bull. 76, 
803–832. 
Bowerbank, J.S., 1875. Contributions to a general history of the 
Spongiadae. 
Proc. Zool. Soc. London, 1875: 281 - 296. 
Brümmer, F. & M. Nickel. 2003. Sustainable use of marine resources: cultivation 
of sponges. Prog. Mol. Subcell. Biol.37:143-162. doi: 
10.1007/978-3-642- 
55519-0_6 
Brusca, R. C. dan G. J. Brusca. 1990. Invertebrates. Hal 181-207. 
Sinauer 
Associates Inc. Publishers Sunderland. Massachusetts. 
Страница 97
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 46-----------------------34 
Duckworth, A.R., dkk. 2006. Retention efficiencies of the coral reef 
sponges 
Aplysina lacunosa, Callyspongia vaginalis and 
Niphates digitalis 
determined by Coulter counter and plate culture analysis. Jurnal. 
Division 
of Biomedical Marine Research, Harbor Branch 
Oceanographic 
Institution, 5600 US 1 North, Fort Pierce, FL 34946, USA 
Fitrianto, N. E. 2009. Laju Pertumbuhan dan Sintasan Spons Aaptos aaptos Di 
Kolam Buatan Terkontrol. Program Studi Ilmu dan Teknologi 
Kelautan, 
FPIK. Institut Pertanian Bogor 
Göbel Y. 1993. Gibt es Unterschiede in den Größenspektren
der von 
verschiedenen Schwammarten aufgenommenen Partikel? Diploma thesis, 
Intitute for Marine Science, Christian-Albrechts-University Kiel 
Haedar., B. Sadarun, D. Palupi Ratna, 2016. Potensi Keanekaragaman Jenis dan 
Sebaran Spons di Perairan Pulau Saponda Laut Kabupaten Konawe. 
Program Studi Ilmu Kelautan, FPIK, Universitas Halu Oleo. Kendari. 
Страница 98
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Haris A, 2013. Sponge : Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan 
dan 
Perikanan – Universitas Hasanuddin, Makassar. 
Haywood, M. dan Wells. 1989. Manual of Marine Invertebrates. Published 
by 
Salamander Books Limited. London, New York. Hlm 10 – 13. 
Hooper, J.N.A, 2002. Sponguide : Guide to Sponge Collection and Identification. 
Queensland Museum, PO Box 3300, South Brisbane, QLD, 
4101, 
Australia 
Ilan, M., A. Abelson, 1995. The life of a sponge in a sandy lagoon. Biol. Bull. 
189, 
363–369. 
Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton & Zooplankton. 
Penerbit Kanisius. Hal 49-51. 
Kozloff, E. N. 1990. Invertebrates. Saunders College Publishing. Hlm 73-92. 
Leys, Sally P. 2013. Effects od Sediments on Glass Sponges 
(Porifera, 
Hexactinellida) and Projected Effects on Glass 
Sponge Reefs. 
Department of Biological Sciences. University of Alberta. Edmonton. 
Страница 99
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Maldonado, M., M. Ribes, F.C. Van Duyl. 2012. Nutrient Fluxes 
Through 
Sponges: Biology, Budgets, And Ecological Implications. Advances 
in 
Marine Biology 62, 118-122 
Mulya, M.B. 2002. Bahan Organik Terlarut Dan Tidak Terlarut Dalam Air 
Laut. 
FMIPA, Jurusan Biologi. Universitas Sumatera Utara 
Osinga, R., D.Redeker, P.B. De Beukelaer, R.H., 1999. Wijffels Measurement of 
Sponge Growth by Projected body area and Underwater Weight. Di
dalam: Hooper JNA, editor. Proceedings of the 5th International Sponge 
Symposium; Brisbane, 30 June 1999. Queensland: Memoir of 
the 
Queensland Museum 44: hlm 419 - 426. 
----------------------- Page 47-----------------------35 
Ostroumov, S.A., 2003. Studying effects of some surfactants and detergents on 
filter-feeding bivalves. Hydrobiologia 500, 341–344. 
Parker, G.H., 1910. The Reactions of Sponges with a Consideration of The Origin 
of The Nervous System. Professor of Zoölogy in Harvard University. 
Страница 100
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Peterson, CH., 1985. Patterns of lagoonal bivalve mortality 
after heavy 
sedimentation and their paleoecological significance. Paleobiology, 
139– 
153. 
Pile, A., Patterson, M., Witman, J., 1996. In situ grazing on plankton <10 lm by
the boreal sponge Mycale lingua. Mar. Ecol. Prog. Ser. 141, 95– 102. 
Rachmaniar, R. 1997. Potensi Spons Asala Kepulauan Spermonde Sebagai Anti 
Mikroba. Seminar Perikanan Indonesia II. Ujung Pandang 2-3 Desembe 
1997. 
Reiswig, H.M., 1974.Water transport, respiration and energetics of three 
tropical 
marine sponges. J. Exp. Marine Biol. Ecol. 14, 231–249. 
Riisgard, H.U., S., Thomassen, H., Jakobsen, Weeks, J.M., Larsen, P.S., 1993. 
Suspension feeding in marine sponges Halichondria 
panicea and 
Haliclona urceolus: effects of temperature on filtration rate 
and energy 
cost of pumping. Marine Ecol. Progr. Ser. 96, 177– 188. 
Romihmohtarto, K., S. Juwana, 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan 
tentang 
Biota Laut. Jakarta: Pusat Penelitian dan 
Pengembangan 
OseanologiLIPI.. hlm 115 – 128. 
Страница 101
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Samidjan, I. 1993. Peranan Simbiosis Mutualisme Antara 
Anemon Laut 
(Stichodctyla gigantean) dan Ikan Klon (Amphiprion percula) 
terhadap 
kelansungan hidup dan pertumbuhannya. Thesis. 
Program Pasca 
Sarjana. IPB. Bogor. 184 hal. 
Sara, M. 1992. Porifera. Di dalam: K. G. Adiyodi, dan R. G. Adiyodi 
(ed.). 
Reproductive Biology of Invertebrates. Volume V. Sexual 
differentiation 
and Behavuior. John Wiley & Sons Chisester, New York, 
Brisbaane, 
Toronto, Singapore. hlm 1 – 29. 
Schönberg, C.H.L. 2015. Happy Relationships between Marine Sponges and 
Sediments – a Review and Some Observations from Australia. Australian 
Institute of Marine Science, Oceans Institute. University of 
Western 
Australia. 
Setiono, Heryoso., WS., Gunawan, E., Wibowo, 2005. Studi 
Penggunaan 
Sponge Sebagai Biofilter Dalam Budidaya Udang: Suatu Pendekatan 
Yang Ramah Lingkungan Dalam Penanganan Penyakit Pada Budidaya 
Udang. FPIK. Universitas Diponegoro. 
Страница 102
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Simpson, T.L., 1984. The Cell Biology of Sponge. New York: Springer – Verlag. 
hlm 662. 
----------------------- Page 48-----------------------36 
Subagio, B., I. dan Aunurohim. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di
Pantai Pasir Putih, Situbondo. Biologi. Fakultas Matematika dan 
Ilmu 
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya 
Suharyanto, 2003. Beberapa Aspek Biologi Sponge (Auletta Sp.) di 
Perairan 
Pulau Barranglompo Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian 
Perikanan 
Indonesia. (9)1: 61-66. 
Suparno, 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Forifera: Demospongiae) Suatu
Peluang Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia Dalam 
Di 
Bidang Farmasi. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPs 7002) : IPB 
Suryati, E., dan T. Ahmad., 1996. Peluang Pemanfaatan Bioaktif Spons 
untuk 
Bakterisida. Temu Ilmiah Veteriner, Maret. Bogor. 
Suwignyo, S., W., Bambang, W., Yusli dan K., Majariana. 2005. Avertebrata Air
Страница 103
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Jilid 2. Penebar Swadaya. Jakarta. 
Tarigan, M.S dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total 
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi 
Tenggara. Bidang 
Dinamika Laut, Pusat Penelitian Oseanografi. Jakarta. 
Van Soest, R.W.M., J.C. Braekman, 1989. Chemosystematics of Porifera: A
th 
Review. Di dalam: Hooper JNA, editor. Proceedings
of the 5 
International Sponge Symposium; Brisbane, 30 June 1999. Queensland: 
Memoir of the Queensland Museum 44: hlm 569 - 589. 
Van Soest, R.W.M., 2009. New sciophilous sponges from the 
Caribbean 
(Porifera: Demospongiae). University of Amsterdam 
Widigdo, B. 2001. Manajemen Sumberdaya Perairan. Bahan Kuliah. Fakultas 
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 
Witte, U., T., Brattegard, G., Graf, dan B., Springer. 1997. Particle 
capture and 
deposition by deep-sea sponges from the Norwegian-Greenland Sea.
Marine Ecology Progress Series 154, 241–252. 
Страница 104
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Wulff, J.L., 1997. Mutualisms among species of coral reef sponges. Ecology 78, 
146– 159. 
Yahel G., D.I.E., Medrano, S.P., Leys. 2006. Size independent selective 
filtration 
of ultraplankton by hexactinellid glass sponges. Jurnal. 
Department of 
Zoology, Oregon State University, Corvallis, Oregon 97331-2914, USA 
Zairion, 1992. Distribusi dan Preferensi Habitat Komunitas Udang 
Penaeida 
Muda Pada Beberapa Muara sungai Di Pantai Utara Jawa Barat. Skripsi. 
Institut Pertanian Bogor. hal 73. 
Sponge Identification Guide NAFO Area . 2011. (online) 
http://dk.vintage.nanoq.gl/Emner/Erhverv/Erhvervsomraader/Fiskeri/Fiskerilicens 
kontrollen/~/media/FD8E7CFCCF50439DBCEFE193437D9439.ashx (diakses 24 
Januari 2017) 
----------------------- Page 49-----------------------37 
http://www.marinespecies.org/ (diakses 24 Januari 2017) 
http://www.spongeguide.org/speciesinfo.php?species=57 
(diakses 24 Januari 
Страница 105
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
2017) 
Larry L. Jackson. 2010. (online) 
http://www.ljaxphotos.com/photoGalleries/index/sponges/page:4 (diakses 24 
Januari 2017) 
----------------------- Page 50-----------------------38 
Страница 106
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
LAMPIRAN 
----------------------- Page 51-----------------------39 
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Sampel Air 10 Jam dan Sampel Air 24 Jam 
----------------------- Page 52-----------------------40 
Lampiran 2. Hasil Uji Analisis (One Way Anova) Perbedaan Kemampuan Biofilter 
Bentuk Pertumbuhan Sponge setelah 10 jam 
Descriptives 
Страница 107
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
95% Confidence 
Interval for Mean 
Std. 
Deviatio Std. Lower Upper 
Minim Maxim 
N Mean n Error Bound Bound 
um um 
Kekeru Masive 11,62 1,489 
3 2,57948 5,2155 18,0311 
8,77 13,79 
han 33 27 
Branchi 13,49 1,521 
3 2,63501 6,9443 20,0357 
11,86 16,53 
ng 00 33 
Submas 16,20 ,6645 
3 1,15110 13,3438 19,0628 
14,99 17,28 
sive 33 9 
Total 13,77 ,9254 
9 2,77640 11,6381 15,9064 
8,77 17,28 
22 7 
Страница 108
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
BOT Masive 10,07 1,281 
3 2,22028 4,5579 15,5888 
8,21 12,53 
33 88 
Branchi 19,80 4,415 
3 7,64746 ,8027 38,7973 
13,90 28,44 
ng 00 26 
Submas 28,85 3,391 
3 5,87450 14,2636 43,4497 
24,01 35,39 
sive 67 64 
Total 19,57 3,173 
9 9,52163 12,2577 26,8956 
8,21 35,39 
67 88 
TSS Masive 39,03 10,0989 5,830 13,9505 64,1248 
28,81 49,00 
77 40 626 1 2 
3 6 
Branchi 47,60 19,7917 1,142 96,7734 
30,96 69,49 
3 -1,55744 
Страница 109
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
ng 80 51 677 4 
0 1 
Submas 54,16 11,9376 6,892 24,5139 83,8234 
45,55 67,79 
sive 87 45 203 1 2 
8 6 
Total 46,93 14,2208 4,740 36,0070 57,8692 
28,81 69,49 
81 42 281 0 2 
3 1 
ANOVA 
Sum of Mean 
Squares df Square F 
Sig. 
----------------------- Page 53-----------------------41 
Lampiran 2 (Lanjutan)... 
Страница 110
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Kekeruha Between 
31,823 2 15,912 3,199
,113 
n Groups 
Within 
29,844 6 4,974 
Groups 
Total 61,667 8 
BOT Between 
529,445 2 264,722 8,110
,020 
Groups 
Within 
195,846 6 32,641 
Groups 
Total 725,291 8 
Страница 111
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
TSS Between 
345,440 2 172,720 ,814
,486 
Groups 
Within 
1272,419 6 212,070 
Groups 
Total 1617,859 8 
Multiple Comparisons 
BOT 
Tukey HSD 
95% Confidence 
Interval 
Mean 
(I) (J) Difference Std. 
Lower Upper 
BentukPertumbuhan BentukPertumbuhan (I-J) Error 
Страница 112
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Sig. Bound Bound 
Masive Branching 
-9,72667 5,20463 ,227 
6,2426 
25,6959 
Submassive - 
* 5,20463 ,042 
-,7074 
16,67667 
32,6459 
Branching Masive 9,72667 5,20463 ,227 
-6,2426 25,6959 
Submassive 
-6,95000 5,20463 ,428 
9,0192 
22,9192 
Submassive Masive * 
16,67667 5,20463 ,042 
,7074 32,6459 
Branching 6,95000 5,20463 ,428 
-9,0192 22,9192 
*. The mean difference is significant at the 0.05 level. 
Страница 113
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 54-----------------------42 
Lampiran 3. Hasil Uji Analisis (One Way Anova) Perbedaan Menyaring 
Bentuk 
Pertumbuhan Sponge Setelah 24 Jam 
Descriptives 
95% Confidence 
Interval for Mean 
Std. 
Deviatio Std. Lower Upper 
Minim Maxim 
N Mean n Error Bound Bound 
um um 
Kekeru Masive 8,343 1,002 
3 1,73636 4,0300 12,6567 
6,41 9,77 
han 3 49 
Страница 114
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Branchi 2,570 2,325 
3 4,02720 -7,4341 12,5741 
-,80 7,03 
ng 0 10 
Submas 20,39 1,808 
3 3,13283 12,6109 28,1757 
16,78 22,35 
sive 33 74 
Total 10,43 2,774 
9 8,32392 4,0372 16,8339 
-,80 22,35 
56 64 
TSS Masive 55,16 13,7997 7,967 
3 20,8885 89,4495 
40,68 68,15 
90 7 30 
Branchi 15,86 17,3626 10,02 
3 -27,2658 58,9964 
,00 34,41 
ng 53 0 430 
Submas 53,51 13,4821 7,783 
3 20,0231 87,0062 
39,77 66,72 
sive 47 5 92 
Страница 115
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Total 41,51 23,2172 7,739 
9 23,6700 59,3627 
,00 68,15 
63 1 07 
BOT Masive 13,69 1,382 
3 2,39439 7,7420 19,6380 
12,00 16,43 
00 40 
Branchi 25,28 5,148 
3 8,91702 3,1289 47,4311 
17,06 34,76 
ng 00 24 
Submas 33,07 4,692 
3 8,12711 12,8811 53,2589 
27,17 42,34 
sive 00 19 
Total 24,01 10,4474 3,482 
9 15,9827 32,0439 
12,00 42,34 
33 2 47 
Страница 116
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
ANOVA 
Sum of Mean 
Sig 
Squares df Square 
F . 
----------------------- Page 55-----------------------43 
Lampiran 3 (Lanjutan)... 
Kekeruh Between Groups 248,10
,00 
496,205 2 
25,623 
an 
3 1 
Within Groups 58,096 6 
9,683 
Total 554,301 8 
Страница 117
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
TSS Between Groups 1482,4
,03 
2964,987 2 
6,602 
94 0 
Within Groups 224,55
1347,324 6 
Total 4312,311 8 
BOT Between Groups 285,29
,04 
570,597 2 
5,657 
8 2 
Within Groups 302,592 6 50,432
Total 873,189 8 
Multiple Comparisons 
Tukey HSD 
Страница 118
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
95% 
Confidence 
Interval 
Depend (I) (J) Mean 
Lower Upper 
ent BentukPertumb BentukPertumb Differen Std. 
Boun Boun 
Variable uhan uhan ce (I-J) Error Sig. 
d d 
Kekeruh Masive Branching 
5,7733 2,5406 
13,56 
an 
,136 2,022 
3 9 
89 
Submassive - 
- - 
2,5406 
12,050 
,008 19,84 4,254 
* 9 
Страница 119
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
00 
55 5 
Branching Masive - 
2,5406 
2,022 
5,7733 
,136 13,56 
89 
Submassive - 
- - 
2,5406 
17,823 
,001 25,61 10,02 
* 9 
33 
89 78 
Submassive Masive 12,050 2,5406 
4,254 19,84 
,008 
00 9 
5 55 
----------------------- Page 56-----------------------44 
Страница 120
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Lampiran 3 (Lanjutan)... 
Branching 17,823 2,5406 
10,02 25,61 
* ,001
33 9 
78 89 
TSS Masive Branching 39,303 12,235 
1,762 76,84 
* ,042
67 30 
4 49 
Submassive 
1,6543 12,235 
39,19 
,990
35,88 
3 30 
56 
69 
Branching Masive - 
Страница 121
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
- - 
12,235 
39,303 ,042
76,84 1,762 
* 30 
67 
49 4 
Submassive - 
12,235 
37,649 ,049
75,19 -,1081 
* 30 
33 
06 
Submassive Masive - 
12,235 
35,88 
1,6543 ,990
39,19 
30 
69 
56 
Branching 37,649 12,235 
75,19 
* ,049
,1081 
Страница 122
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
33 30 
06 
BOT Masive Branching - 
5,7983 
6,201 
11,590 ,193
29,38 
00 
11 
Submassive - 
- - 
5,7983 
19,380 ,036
37,17 1,588 
* 9 
00 
11 9 
Branching Masive 
11,590 5,7983 
29,38 
,193
6,201 
00 9 
11 
Страница 123
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Submassive - 
5,7983 
10,00 
7,7900 ,425
25,58 
11 
11 
Submassive Masive 19,380 5,7983 
1,588 37,17 
* ,036
00 9 
9 11 
Branching 
7,7900 5,7983 
25,58 
,425
10,00 
0 9 
11 
11 
The mean difference is significant at the 0,05 level 
Страница 124
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 57-----------------------45 
Lampiran 4. Proses Preparasi Sedimen 
a. Penumbukan Sedimen b. Pengayakan 
Sedimen 
Lampiran 5. Proses Persiapan Akuarium 
a. Pembersihan Akuarium 
Страница 125
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
b. Susunan Akuarium / Wadah Uji 
Страница 126
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 58-----------------------46 
Lampiran 6. Proses Pengambilan Sponge 
Страница 127
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Lampiran 7. Proses Aklimatisasi Sponge 
Страница 128
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 59-----------------------47 
Lampiran 8. Pemberian Perlakuan Bentuk Pertumbuhan Sponge 
a. Pelarutan Sedimen dengan Air Laut 
b. Pengisian Air Laut Keruh ke Masing-masing Akuarium 
Страница 129
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
c. Pengukuran Volume Sponge 
Страница 130
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 60-----------------------48 
Lampiran 8 (Lanjutan).... 
Страница 131
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
d. Ketiga Bentuk Pertumbuhan Dimasukkan ke dalam Masing-masing Akuarium 
e. Kondisi Air di Akuarium Setelah 10 Jam 
Страница 132
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 61-----------------------49 
f. Kondisi Air di Akuarium Setelah 24 Jam 
Страница 133
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
g. Pengambilan Sampel Air 
Lampiran 9. Pengukuran Sampel Air 
a. Pengukuran Kekeruhan 
Страница 134
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
----------------------- Page 62-----------------------50 
Lampiran 9 (Lanjutan)... 
b. Pengukuran Total Suspended Solid (TSS) 
Страница 135
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
c. Pengukuran Bahan Organik Total (BOT) 
Страница 136
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Lampiran 10. Data Hasil Pengukuran Diameter dan Jumlah Osculum Sponge 
Massive 
Diameter Osculum (cm) Luas Osculum 
(cm) Jumlah Oscula 
0,42 
0,14 
Ulangan I 0,27 
0,06 25 
0,29 
0,07 
0,26 
0,05 
Ulangan II 0,32 
0,08 20 
0,29 
0,07 
0,31 
0,08 
Ulangan 
0,24 
0,05 14 
III 
0,32 
0,08 
Rata-rata 0,30 
0,07 20 
----------------------- Page 63-----------------------Страница 137
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
51 
Lampiran 10 (Lanjutan)... 
Branching 
Luas Oscula 
Jumlah Osculum 
Diameter Oscula (cm) (cm) 
0,18 0,03 
Ulangan I 0,12 0,01 
27 
0,16 0,02 
0,16 0,02 
Ulangan II 0,12 0,01 
23 
0,16 0,02 
0,18 0,03 
Ulangan III 0,13 0,01 
19 
0,15 0,02 
Rata-rata 0,15 0,02 
23 
Страница 138
SKRIPSI_MARINISOEID_L11112001
Submassive 
Luas Oscula 
Diameter Oscula (cm) 
Jumlah Osculum 
(cm) 
0,40 0,13 
Ulangan I 0,35 0,10 
20 
0,35 0,10 
0,48 0,18 
Ulangan II 0,39 0,12 
0,36 0,10 
0,36 0,10 
Ulangan III 0,40 0,13 
0,32 0,08 
Rata-rata 0,38 0,11 
12 
Страница 139
**